Nikmatnya Soto DJIANCUK Bantul
MalesMegawe - Soto Djiancuk - Jika berkunjung ke Kesan pertama soto yang sudah berjualan sejak tahun 2000 melihat warung dari bagian depan, agaknya menjadi awal bagi pengunjung untuk menikmati suasana di dalam warung.
Jangan kira mirip dengan warung-warung soto biasanya, di bagian dalam akan terpampang suasana yang jauh berbeda dengan warung kebanyakan. Di sana-sini terlihat ornamen-ornamen bercita rasa seni. Perabot meja tidaklah seragam. Sebagian berupa meja persegi panjang layaknya warung biasa. Sebagian lagi meja bundar berukuran besar yang saat ditelisik ternyata terbuat dari bekas roda gulungan kabel.
Di beberapa bagian ruangan juga nampak keranjang bambu tergantung dengan isi berupa aneka brosur dan bahan bacaan. Sementara di dinding, terlihat sejumlah lukisan, brosur-brosur yang ditempel, hingga sejumlah copy artikel dari media massa bersanding dengan foto-foto yang sebagian diantaranya adalah foto Presiden 1 RI Ir Soekarno. Sementara di garasi samping kedai soto djiancuk, tiga buah mobil kuno terparkir berjajar.
“Suami kebetulan seorang seniman. Jadi warungnya ya seperti ini. Sengaja dibikin santai supaya yang datang juga nyantai. Beberapa bule paling senang ke sini,” celoteh pengelola dan pemilik warung.
Menu soto di warung Djiancuk ini, sejatinya adalah soto khas Blitar. Tapi pelanggan umumnya lebih senang menyebut sebagai soto Jawa Timuran yang menjadi tujuan wisata kuliner jogja. Soto khas Blitar memiliki ciri khusus yakni tanpa santan. Berbeda dengan soto Jawa Timuran lainnya yang umumnya berkuah santan.
Dari pemilik kedai soto djiancuk kami mendapatkan informasi kenapa nama kedai tersebut Soto Djiancuk. Jancuk, jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok adalah celoteh khas orang jawa timur untuk ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa.
Jl. PGRI II No.59, Sonopakis Lor, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Jangan kira mirip dengan warung-warung soto biasanya, di bagian dalam akan terpampang suasana yang jauh berbeda dengan warung kebanyakan. Di sana-sini terlihat ornamen-ornamen bercita rasa seni. Perabot meja tidaklah seragam. Sebagian berupa meja persegi panjang layaknya warung biasa. Sebagian lagi meja bundar berukuran besar yang saat ditelisik ternyata terbuat dari bekas roda gulungan kabel.
Di beberapa bagian ruangan juga nampak keranjang bambu tergantung dengan isi berupa aneka brosur dan bahan bacaan. Sementara di dinding, terlihat sejumlah lukisan, brosur-brosur yang ditempel, hingga sejumlah copy artikel dari media massa bersanding dengan foto-foto yang sebagian diantaranya adalah foto Presiden 1 RI Ir Soekarno. Sementara di garasi samping kedai soto djiancuk, tiga buah mobil kuno terparkir berjajar.
“Suami kebetulan seorang seniman. Jadi warungnya ya seperti ini. Sengaja dibikin santai supaya yang datang juga nyantai. Beberapa bule paling senang ke sini,” celoteh pengelola dan pemilik warung.
Menu soto di warung Djiancuk ini, sejatinya adalah soto khas Blitar. Tapi pelanggan umumnya lebih senang menyebut sebagai soto Jawa Timuran yang menjadi tujuan wisata kuliner jogja. Soto khas Blitar memiliki ciri khusus yakni tanpa santan. Berbeda dengan soto Jawa Timuran lainnya yang umumnya berkuah santan.
Dari pemilik kedai soto djiancuk kami mendapatkan informasi kenapa nama kedai tersebut Soto Djiancuk. Jancuk, jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok adalah celoteh khas orang jawa timur untuk ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa.
Alamat Soto Djiancuk Bantul
Jl. PGRI II No.59, Sonopakis Lor, Ngestiharjo, Kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta